Meratapi dan Menyakiti Diri Saat Musibah Kematian (Niyaha)

DOSA BESAR
Meratapi dan Menyakiti Diri Saat Musibah Kematian (Niyaha)



Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh

Semua orang pernah merasakan yang namanya di tinggal oleh seseorang yang ia sayang dan lantas ia menangisinya, meratapinya, bahkan biasa dari mereka ada yang pingsan karena tidak rela di tinggalkan dengan orang yang ditinggalkan tersebut.

Di dalam kehidupan kita saat ini segala sesuatunya berpasang-pasangan contohnya adalah kenyang dan lapar, sehat dan sakit, perempuan dan laki-laki, senang dan sedih, dll. dan saya akan lebih membahas kepada senang dan sedih.

Ketika kita senang pasti ada saatnya kita bersedih, begitupun juga dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau juga pernah bahagia dan bersedih. misalnya ketika Rasulullah bahagia,beliau langsung sujud syukur. ketika beliau bersedih pada saat pamannya meninggal dalam keadaan kafir. Beliau juga meneteskan air mata danitu adalah hal yang sunnahtullah.

Tapi banyak di antara kita ketika mendapatkan musibah khususnya kematian jika yang meninggal adalah orang yang kita sayangi baik itu, orang tua kita, kakek, nenek, dll. ada yang menangis sejadi-jadinya, ada yang menangis sampai pingsan, ada yang menghabiskan suaranya dengan meneriakkan namanya yang telah pergi walaupun kita tau dia tak kan mungkin kembali lagi *yeeeaaa..

Sebenarnya dalam menghadapi kesedihan itu janganlahberlebihan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga pernah besedih, tapi tidak sampai segitunya.

Sesuai dengan judul yang saya berikan, yang dimaksud dengan Meratapi adalah menangis yang berlebihan sampai histeris, mencakar tubuh, merobek baju, menyalahkan diri sendiri(Misalnya “seandainya saya ada di sana pasti saya...”, “seandainya saya tidak lewat sini..”), bersikap pasrah (misalnya “mungkin ibu saya tidak bisa sembuh lagi karena....”,“yaa Allah, mengapa hidupku se hancur ini?”), dll.

Oleh sebab itu ada 3 point yang harus kita pahami,
1.       Pahami bahwa itu adalah takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala
Manusia yang hidup pasti akan meninggal, walaupun dia dalam keadaan sehat maupun sakit, dia pasti akan meninggal pada waktu yang sama dan di tempat yang sama jika Allah telah menghendaki dia meninggal. Baik kita ada di sana maupun tidak, kematian itu pasti akan terjadi. Maka janganlah kita menyalahkan diri.
2.       Pahami bahwa dia hanya mendahului kita ke akhirat.
Maksudnya adalah mendahului kita ke akhirat itu bukan berarti bahwa dia hilang dan kita tidak bisa bertemu lagi. Yakinlah bahwa in syaa Allah pasti kita akan bertemu dengannya lagi jika kita bersama dengannya di syurga.
3.       Didalam islam ada larangan untuk berlebihan dalam bersedih.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “ 2 hal yang jika ada pada manusia maka akan menyebabkan kekufuran yaitu menghina nasab dan meratapi mayat” (HR. muslim)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda, “Orang yang meratapi mayat apabila tidak bertaubat sebelum meninggal niscaya kelak pada hari kiamat akan di bangkitkan dengan menggunakan jubah yang terbuat dari aspal panas dan baju besi yang berkarat” (HR. Muslim)

Maka mengetahui 2 hadist Rasulullah tersebut, janganlah kita terlalu bersedih ketika kita tertimpa musibah. Karena itu ternyata larangan keras untuk kita.

Ingatlah bahwa hati/perasaan seorang mukmin itu harus tunduk dengan akal dan akal harus tunduk dengan syariat. Maksudnya adalah jika kesedihan itu terjadi kepada kita, yang perlu kita lakukan adalah mencoba untuk tenang, berfikir positif dengan memahami 3 point tersebut, dan cobalah untuk mencari solusinya misalnya dengan kita mendoakan dia.

Janganlah hanya dengan menangisinya dan menyakiti diri sendirikarena itu tidaklah berguna, hanya buang-buang waktu dan tenaga sedangkan mayat hanya membutuhkan do’amu, bukan ratapan dan kesedihanmu.
Janganlah bersedih! bukankah Allah selalu bersama kita?


Komentar

Postingan Populer